A. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi,
kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar
hubungan interpersonalnya. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik
hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin
cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin
efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
1.
Menjelaskan Model Pertukaran
Sosial dan Analisis Transaksional
A. Model
pertukaran sosial memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi
dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang
memenuhi kebutuhannya. Selain itu pertukaran sosial juga membuat kita yang
sedang berkomunikasi tidak sadar bahwa kita sedang mempertukarkan pengalaman
masing-masing. Dan dalam hal ini banyak dari kita yang berkomunikasi menjadi
puas karena dari pengalaman berkomunikasi, banyak sekali pertanyaan yang secara
langsung maupun tidak langsung telah dijawab dari berbagai pertukaran
pengalaman (Liliweri, 1991: 69).
B. Analisis Transaksional adalah suatu
model analisis komunikasi dimana seseorang menempatkan dirinya menurut posisi
psikologi yg berbeda (Eric Berne’s, Stuart Sundeen, 1995). Analisis Transaksional dikembangkan oleh Eric Berne
tahun 1960 yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Pendekatan analisis
transaksional ini berlandaskan teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis
struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis
terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu orang tua, orang dewasa, dan
anak. Pada dasarnya teori analisis transaksional berasumsi bahwa orang - orang
bisa belajar mempercayai dirinya sendiri, berpikir, dan memutuskan untuk
dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaan - perasaannya.
2. Menjelaskan Pembentukan Kesan dan
Ketertarikan Interpersonal dalam memulai
Hubungan
Adapun
tahap-tahap dalam hubungan interpersonal yakni meliputi :
1. Pembentukan
Tahap
ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah
menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak
yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap
informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali
secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada
kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini
informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat
tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut
Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada
tujuh kategori, yaitu:
a.
Informasi
demografis.
b. Sikap
dan pendapat (tentang orang atau objek).
c. Rencana
yang akan datang.
d. Kepribadian.
e. Perilaku
pada masa lalu.
f.
Orang lain serta,
g. Hobi
dan minat.
2.
Peneguhan
Hubungan.
Hubungan
interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara
dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu
untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara
keseimbangan, yaitu:
a. Keakraban (pemenuhan kebutuhan akan kasih
sayang antara komunikan dan komunikator).
b. Kontrol (kesepakatan antara kedua belah pihak
yang melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang lebih dominan didalam
komunikasi tersebut).
c. Respon yang tepat (feedback atau umpan balik
yang akan terima jangan sampai komunikator salah memberikan informasi sehingga
komunikan tidak mampu memberikan feedback yang tepat).
d. Nada emosional yang tepat (keserasian suasana
emosi saat komunikasi sedang berlangsung).
3. Menjelaskan Peran, Konflik dan Adequacy
Peran, serta Autentisitas dalam Hubungan Peran
A.
Peran
Menganggap
hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus
memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat.
Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai
dengan peranannya.
B.
Konflik
Adanya
pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah intern) maupun dengan
orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupa
perselisihan, atau munculnya kesulitan-kesulitan lain antara dua pihak atau
lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai
kepada mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai
penghalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.
Dalam
sebuah organisasi, pekerjaan individual maupun sekelompok pekerja saling
berkaitan dengan pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di
dalam sebuah organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasikan dengan komunikasi
yang tidak efektif yang menjadi kambing hitam.
C.
Adequacy Peran dan Autentisitas Dalam Hubungan Peran
Kecukupan
perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada
preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang
individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat
memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut
peran-peran tersebut.
4. Menjelaskan Intimasi dan Hubungan Pribadi
Secara
harfiah intimasi dapat diartikan sebagai kedekatan atau keakraban dengan orang
lain. Menurut Steinberg (1993) bahwa
suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang
didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan
pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling
berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama. Sullivan (Prager, 1995)
mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk
mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. Intimasi juga adalah
salah satu atribut yang paling menonjol dalam suatu hubungan intim daripada
hubungan pribadi yang lain. Keintiman (intimacy) sangat berkaitan dengan
derajat kecintaan, kepercayaan, kepuasan, tanggung jawab dan pengertian
pasangan dalam hubungan yang dekat (intim). Keintiman juga memberikan sumbangan
besar dalam memenuhi kebutuhan individu dan keintiman itu pun memberikan efek
positif pada kebaikan pasangan dalam suatu hubungan pertemanan (Prager &
Buhrmester).
Kebutuhan
untuk bersatu dengan orang lain merupakan pendorong yang sangat kuat bagi
individu untuk membentuk suatu hubungan yang kuat, stabil, dekat dan
terpelihara dengan baik (Papalia dkk, 2001). Kedekatan perasaan seperti ini
dapat menimbulkan suatu hubungan yang erat dimana hubungan ini sebagai lambang
dari empati (Parrot dan Parrot, 1999). Berdasarkan beberapa pengertian intimasi
di atas, dapat disimpulkan bahwa intimasi adalah suatu hubungan interpersonal
yang berkembang dari hubungan timbal balik antara dua individu, yang terwujud
melalui saling berbagi perasaan dan pikiran yang terdalam, saling membuka diri,
serta saling menerima dan menghormati satu sama lain.
5. Menjelaskan Intimasi dan Pertumbuhan
Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan
intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk
mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. Kemudian, Steinberg
(1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional
antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan
untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat
sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama. Faktor-faktor
yang menumbuhkan hubungan interpersonal ruang baik berhubungan dengan orang lain
tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. Faktor kedua yang menumbuhkan
sikap percaya pada diri orang lain. Kejujuran, faktor ketiga yang menumbuhkan
sikap percaya. Sikap yang mengurangi sikap defensive dalam komunikasi. Amat
besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif.
Teori-teori tentang efek komunikasi oleh para pakar komunikasi tahun 1970-an
dinamakan pula hypodermic needle theory, teori ini mengasumsikan bahwa media
memiliki kekuatan yang sangat perkasa dan komunikan dianggap pasif atau tidak
tahu apa-apa.
B. Cinta dan Perkawinan
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik
yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat
lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia
terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan
kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan
apapun yang diinginkan objek tersebut.
Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang
membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya
setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya intim dan
seksual. Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara pernikahan.
Umumnya perkawinan dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga. Tergantung
budaya setempat bentuk perkawinan bisa berbeda-beda dan tujuannya bisa
berbeda-beda juga.
1. Menjelaskan Bagaimana Memilih Pasangan
Memilih pasangan hidup bukanlah perkara mudah.
Pasalnya, banyak orang yang merasa tidak sreg ketika mereka ditawari untuk
memilih suami atau memilih istri, tidak seperti memilih pacar yang bisa dengan
mudah dilakukan. Menurut mereka, pasangan hidup adalah orang yang diajak untuk
susah senang bersama, yang diharapkan hanya akan ada yang pertama dan yang
terakhir. Itu sebabnya memilih pasangan hidup jauh lebih susah dibandingkan
dengan memilih pekerjaan atau tempat sekolah.
Dalam memilih pasangan hidup, baik bagi laki-laki
maupun perempuan keduanya memiliki hak untuk memilih yang paling tepat sebagai
pasangannya. Maka dari itu harus benar-benar diperhitungkan ketika memilih
pasangan yang baik. Bila ingin pintar, seseorang harus rajin belajar, bila
ingin kaya seseorang harus berhemat, begitu pula tentang pasangan hidup. Bila
menginginkan pasangan hidup yang baik maka kita juga harus baik. Tak ada
sesuatu di dunia ini yang untuk mendapatkannya tidak memerlukan pengorbanan.
Segala sesuatu ada harga-nya termasuk bila ingin mendapatkan pasangan hidup
yang baik. Bila kita bercita-cita untuk mendapatkan pasangan hidup yang baik,
maka kita sendiri harus baik. Percayalah, Tuhan telah memasangkan manusia
sesuai dengan karakter dan derajat mereka masing-masing. Manusia yang baik
hanyalah untuk manusia yang baik pula, begitu pula sebaliknya.
Banyak orang yang pikirannya terlalu pendek dalam
perkara ini sehingga gagal dalam pernikahannya. Prinsipnya adalah jika kita
hanya berpedoman pada hal-hal yang sifatnya duniawi (kecantikan dan kekayaan)
maka akan sangat sulit dalam menjalani hari-hari berumah tangga nantinya.
Karena semua itu sifatnya hanya sementara dan sangat mudah berubah. Jadi, jika
jatuh cinta hanya karena melihat dari segi kecantikan/ketampanan dan atau
kekayaan, maka cinta tersebut akan sangat mudah berkurang bahkan hilang. Jika
kita memang cinta pada seseorang maka lahirlah ketampanan/kecantikan, bukan
sebaliknya. Berikutnya adalah tentang masalah fisik. Banyak yang berkata bahwa
wanita cantik hanya pantas untuk laki-laki tampan, begitu pula sebaliknya. Dan
apa yang terjadi ketika teman kita yang mungkin tak begitu cantik mendapatkan
suami yang tampan dan juga kaya, maka kita biasanya akan protes. Kita merasa
bahwa dirinya tak pantas dan kitalah yang lebih pantas.
Inilah yang menutupi rezeki kita. Perasaan iri dan
dengki menutupi rezeki kita untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Orang
yang hatinya dipenuhi penyakit hati biasanya akan memancarkan aura negatif. Sebaliknya,
orang yang hatinya bersih maka aura positiflah yang akan terpancar keluar dari
dalam jiwanya. Tentunya siapa pun pasti akan lebih memilih orang yang memiliki
aura positif daripada negatif.
2. Menjelaskan Seluk-beluk Hubungan dalam Perkawinan
Pada
umumnya salah satu tanda kegagalan suami-istri dalam mencapai kebahagiaan
perkawinan adalah perceraian. Perceraian adalah akumulasi dari kekecewaan yang
berkepanjangan yang disimpan dalam alam bawah sadar individu. Adanya batas
toleransi pada akhirnya menjadikan kekecewaan tersebut muncul kepermukaan,
sehingga keinginan untuk bercerai begitu mudah. Masalah diseputar perkawinan
atau kehidupan berkeluarga antara lain:
a.
Kesulitan ekonomi keluarga yang kurang tercukupi.
b.
Perbedaan watak.
c.
Temperamen dan perbedaan kepribadian yang sangat tajam antara suami dan istri.
d. Ketidakpuasan
dalam hubungan seks.
e. Kejenuhan
rutinitas.
f. Hubungan antara keluarga besar yang kurang baik.
g. Adanya istilah WIL (wanita idaman lain) atau PIL (pria
idaman lain).
h. Masalah
harta warisan.
i. Menurunnya perhatian kedua belah pihak.
j. Kesalahpahaman antara kedua belah pihak.
Dari salah satu masalah diatas yaitu kesalahpahaman yang
menyebabkan pasangan menjadi tersinggung, sehingga terkadang memicu adanya
perceraian, merupakan masalah yang sering terjadi dalam kehidupan rumah tangga.
Karena kesalahpahaman itulah yang terkadang pasangan enggan untuk membuka
komunikasi dengan pasangannya yang kemudian menimbulkan misskomunikasi. Tanpa
mereka sadari dengan keadaan seperti itu malah akan membuat mereka sulit dalam
menghadapi problem apapun. Komunikasi yang intern dan baik akan melahirkan
saling keterbukaan dan suasana keluarga yang nyaman.
Allah juga memerintahkan kepada suami-istri untuk selalu
berbuat baik. Suami dan istri sering beranggapan bahwa masalah yang
timbul akan selesai dengan sendirinya, asalkan bersabar dan menyediakan waktu
yang panjang. Namun kenyataannya masalah yang didiamkan bukan membaik,
malah memburuk seiring berjalannya waktu yang lama. Kejengkelan makin menumpuk
dan penyelesaian makin jauh di mata, karena masalah menjadi seperti benang
kusut dan tidak tahu lagi harus memulainya dari mana. Tabungan cinta cenderung
menyusut seiring dengan berkecamuknya masalah dengan berkurangnya cinta dan
kasih sayang, berkurang pulalah semangat untuk menyelesaikan masalah. Pada
akhirnya ketidakpedulian menggantikan cinta dan makin menyesuaikan diri dalam
kehidupan yang tidak sehat ini. Dengan kata lain antara suami dan istri sudah
menemukan cara yang efektif untuk menyelesaikannya tapi tidak dilakukan
sehingga dapat menimbulkan perceraian.
3. Menjelaskan Penyesuaian Diri dan
Pertumbuhan dalam Perkawinan
Penyesuaian
diri merupakan proses yang meliputi respon mental dan perilaku yang merupakan
usaha individu untuk mengatasi dan menguasai kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya,
ketegangan-ketegangan, frustasi, dan konflik-konflik agar terdapat keselarasan
antara tuntutan dari dalam dirinya dengan tuntutan atau harapan dari lingkungan
di tempat ia tinggal. Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan,
dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis
yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang
lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya.
Perkawinan
tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat
mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak
diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan
dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi
dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam
perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan
serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi
yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat.
Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu
ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti
ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada
dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup
perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak
pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian.
4. Menjelaskan
mengenai Perceraian dan Pernikahan Kembali
Pernikahan bukanlah akhir kisah indah layaknya dongeng
cinderella, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui
masalah. Menikah kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang
membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua
kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin
mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya
dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan menghantui
mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan. Sebagai manusia,
kita memang mempunyai daya tarik atau daya ketertarikan yang tinggi terhadap
hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah kita miliki dan nikmati untuk
suatu periode tertentu akan kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda mencintai
pria yang sekarang menjadi pasangan karena kegantengan, kelembutan dan tanggung
jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah menjadi sesuatu yang biasa. Itu
adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya tarik yang
lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai menghilang pula.
5. Menjelaskan Alternatif selain Pernikahan :
membujang (single life)
Ada banyak alasan untuk tetap melajang. Perkembangan
jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum
bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang
kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap
hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi
tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam
memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang bukan
lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria
dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.
Persepsi masyarakat terhadap orang yang melajang,
seiring dengan perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita melihat seorang
yang masih hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan
supel. Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki
posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
Alasan yang paling sering dikemukakan oleh seorang single
adalah tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama
menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak
pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu
kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan
cemburu.
Banyak perusahaan lebih memilih karyawan yang masih
berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang
lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan
seorang tetap hidup melajang.
Banyak pria menempatkan pernikahan pada prioritas
kesekian, sedangkan karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan hidup melajang,
mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus pada pekerjaan, sehingga promosi dan
kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk
bekerja lembur dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu yang lama,
dibandingkan karyawan yang telah menikah.
Kemapanan dan kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap
melajang. Pria sering kali merasa kurang percaya diri jika belum memiliki
kendaraan atau rumah pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa senang jika
sebelum menikah bisa hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka bangga
memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain itu, ada
kepuasaan tersendiri.
Banyak yang mengatakan seorang masih melajang karena
terlalu banyak memilih atau ingin mendapat pasangan yang sempurna sehingga
sulit mendapatkan jodoh. Pernikahan adalah untuk seumur hidup. Rasanya tidak mungkin
menghabiskan masa hidup kita dengan seorang yang tidak kita cintai. Lebih baik
terlambat menikah daripada menikah akhirnya berakhir dengan perceraian.
Lajang pun lebih mempunyai waktu untuk dirinya
sendiri, berpenampilan lebih baik, dan dapat melakukan kegiatan hobi tanpa ada
keberatan dari pasangan. Mereka bebas untuk melakukan acara berwisata ke tempat
yang disukai dengan sesama pelajang.
Pelajang biasanya terlihat lebih muda dari usia
sebenarnya jika dibandingkan dengan teman-teman yang berusia sama dengannya,
tetapi telah menikah.
Seringkali, pelajang juga menjadi sasaran keluarga
untuk dicarikan jodoh, terutama bila saudara sepupu yang seumuran telah menikah
atau adik sudah mempunyai pacar. Sementara orangtua menginginkan agar adik
tidak melangkahi kakak, agar kakak tidak berat jodoh.
Tidak dapat dipungkuri, sebenarnya lajang juga
mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki pasangan untuk berbagi dalam suka
dan duka. Apalagi melihat teman yang seumuran yang telah memiliki sepasang anak
yang lucu dan menggemaskan. Bisa jadi, mereka belum menemukan pasangan atau
jodoh yang cocok di hati. Itulah alasan mereka untuk tetap menjalani hidup
sebagai lajang.
Melajang adalah sebuah pilihan dan bukan terpaksa,
selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan mengakhiri masa lajangnya
dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang telah cocok di hati.
Kehidupan melajang bukanlah sebuah hal yang perlu
ditakuti. Bukan pula sebuah pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan.
Hanya, mereka belum ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka
serta menghabiskan waktu bersama di hari tua.
Sumber :
Azwar.
1997. Sikap Manusia : Teori dan
Pengukuran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Rakhmat,
J. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung
: Remaja Karya.
Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti Mulyana.
Widyarini,
M. M. Nilam.
2009. Seri Psikologi
Populer: Membangun
Hubungan Antar Manusia. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Oliver, Sandra, 2001, Strategi
Public Relations. Jakarta
: Erlangga.
Hall, S Calvin., Lindzey , Gardner.
2009. Teori - teori psikodinamika. Yogyakarta : Kanisius.
Adhim,
Mohammad Fauzil (2002) Indahnya Perkawinan Dini Jakarta: Gema Insani
Press (GIP).