A. PENYESUAIAN DIRI
1. Pengertian
Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup
respon mental dan tingkah laku, dimana individu berusaha untuk dapat berhasil
mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik,
dan frustrasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau
harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh
lingkungan dimana ia tinggal (Schneiders dalam Desmita, 2009:192).
2. Konsep
Penyesuaian Diri
Penyesuaian dapat
diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan
eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah
dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan
sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti
menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip. Penyesuaian sebagai
penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi
respons-respons sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik,
kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien.
Individu memiliki
kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi syarat.
Penyesuaian sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional
maksudnya ialah secara positif memiliki respons emosional yang tepat pada
setiap situasi. Disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk
mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.
3. Pertumbuhan
Personal
Setiap
individu akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Hal tersebut
membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah faktor
utama yang akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan
karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih sering bersama
dengan keluarga.
Setiap keluarga pasti
menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan
mempengaruhi dalam pertumbuhan personal individu. Bukan hanya dalam lingkup
keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat atau sosial pun terdapat norma-norma
yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan individu.
Setiap individu memiliki
naluri yang secara tidak langsung individu dapat memperhatikan hal-hal yang
berada disekitarnya apakah hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu
individu berada di dalam masyarakat yang memiliki suatu norma-norma yang
berlaku maka ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh
dalam kepribadian, misalnya suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang
tidak disiplin yang dalam menerapkan aturan-aturannya maka lama-kelamaan pasti
akan mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang tidak
disiplin.
a.Penekanan
Pertumbuhan
Pertumbuhan
adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada
waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi
dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter
dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan
dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur
biologis.
b.Variasi
Pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam
melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan
tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri.
Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar
dirinya.
c.Kondisi-kondisi
Untuk Bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan
strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang
diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan
atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi
antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya
orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh,
ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan
pemalu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku
maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor
yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan
gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian,
kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses
penyesuaian diri yang baik.
d.Fenomenologi
Pertumbuhan
Fenomenologi
memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi
secara subyektif. Setiap orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam
pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer,
1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang
boleh disebut sebagai Bapak Psikologi Humanistik. Carl Rogers menggaris besarkan
pandangan Humanisme sebagai berikut (kita pinjam dengan sedikit perubahan dari
Coleman dan Hammen, 1974:33).
B. STRESS
1.Apa itu
stres ? efek-efek dari stres "General Adaption Syndrom" menurut Hans
Seyle
- Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis,
emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian
seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan
gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk
ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan
ketegangan yang di akibatkan karena stress disebut strain.
- Reaksi fisiologis tubuh
terhadap perubahan-perubahan akibat stress disebut sebagai general adaption
syndrome, yang terdiri dari tiga fase:
a. Alarm reaction (reaksi peringatan). Pada fase ini tubuh dapat
mengatasi stressor (perubahan) dengan baik.
Apabila ada rasa takut atau cemas atau khawatir tubuh akan mengeluarkan
adrenalin, hormon yang mempercepat katabolisme untuk menghasilkan energi untuk
persiapan menghadapi bahaya mengancam. Ditambah dengan denyut
jantung bertambah dan otot berkontraksi.
b. The stage of resistance ( reaksi pertahanan). Reaksi terhadap stressor
sudah mencapai atau melampaui tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini sudah dapat
timbul gejala-gejala psikis dan somatis. Respon ini disebut juga coping
mechanism. Coping berarti kegiatan menghadapi masalah, misalnya kecewa diatasi
dengan humor, rasa tidak senang dihadapi dengan ramah dan sebagainya.
c. Stage of exhaustion (reaksi kelelahan). Pada fase ini gejala-gejala psikosomatik tampak dengan jelas. Gejala
psikosomatis antara lain gangguan penceranaan, mual, diare, gatal-gatal, dan
berbagai bentuk gangguan lainnya. Kadang muncul gangguan tidak mau makan atau
terlalu banyak makan.
2.
Faktor-faktor Individual dan Sosial yang Menjadi Penyebab Stress
1. Kondisi
biologik.
Berbagai penyakit infeksi , trauma fisik dengan kerusakan
organ biologik, kelelahan fisik, kekacauan fungsi biologik yang kontinyu.
2. Kondisi
Psikologik.
a. Berbagai konflik dan frustasi yang berhubungan
dengan kehidupan modern.
b. Berbagai kondisi yang mengakibatkan sikap atau perasaan rendah diri (self devaluation ) seperti kegagalan mencapai sesuatu yang sangat diidam-idamkan.
c. Berbagai keadaan kehilangan seperti posisi, keuangan, dan kawan.
b. Berbagai kondisi yang mengakibatkan sikap atau perasaan rendah diri (self devaluation ) seperti kegagalan mencapai sesuatu yang sangat diidam-idamkan.
c. Berbagai keadaan kehilangan seperti posisi, keuangan, dan kawan.
d. Berbagai kondisi kekurangan yang dihayati sebagai
sesuatu cacat yang sangat menentukan seperti penampilan fisik, jenis kelamin,
usia, intelegensi dan lain-lain.
e. Berbagai kondisi perasaan bersalah terutama yang menyakut
kode moral etika yang dijunjung tinggi tetapi gagal dilaksanakan.
3. Kondisi
Sosio Kultural.
Kehidupan modern telah menempatkan manusia kedalam
suatu kancah stress sosio kultural yang cukup berat. Perubahan sosio ekonomi
dan sosio budaya yang datang secara cepat dan bertubi – tubi memerlukan suatu
mekanisme pembelaan diri yang memadai. Stresor kehidupan modern ini diantaranya
:
a. Perceraian, keretakan rumah tangga akibat konflik, kekecewaan
dan sebagainya.
b. Persaingan yang keras dan tidak sehat.
c. Diskriminasi dan segala macam keterkaitannya akan
membawa pengaruh yang menghambat perkembangan individu dan kelompok.
- Stres memiliki dua gejala, yaitu gejala fisik dan
psikis.
a. Gejala Fisik
Gejala stres secara fisik dapat berupa jantung berdebar,
napas cepat dan terengah – engah, mulut kering, lutut gemetar, suara menjadi
serak, perut melilit, nyeri kepala seperti diikat, berkeringat banyak, tangan
lembab, letih yang tak beralasan, merasa gerah, panas , otot tegang.
b. Gejala Psikis
Keadaan stres dapat membuat orang – orang yang
mengalaminya merasa gejala – gejala psikoneurosa, seperti cemas, resah,
gelisah, sedih, depresi, curiga, fobia, bingung, salah faham, agresi, labil,
jengkel, marah, lekas panik, cermat secara berlebihan.
3. Tipe-tipe Stress
Psikologis
Ada beberapa jenis-jenis stressor psikologis (dirangkum dari folkman, 1984;
Coleman,dkk,1984 serta Rice, 1992) yaitu :
a. Tekanan (pressures)
tekanan bisa timbul dari dalam dan luar diri
kita,terkadang tekanan lebih sering timbul dari luar diri kita yaitu dari
lingkungan. Baiknya apabila merasa sudah dalam keadaan tertekan kita harus bisa
mengutarakannya agar kita bisa terhindar dari keadaan stress tersebut.
b. Frustasi
Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran
tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil
yang diinginkan. Frustasi juga dapat diartikan
sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti misalnya timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi.
c. Konflik
Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespon langsung
terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif
yang berbeda dalam waktu bersamaan.
d. Kecemasan
Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang
ditandai dengan istilah-istilah seperti “Kekhawatiran”, “Keprihatinan”, dan
“Rasa Takut” yang kadang-kadang kita alami pada tingkatan yang berbeda-beda
(dalam, Pengantar Psikologi, Atkinson
dkk.,1983). Orang yang mengalami gangguan kecemasan dilanda ketidakmampuan
menghadapi perasaan cemas yang kronis dan intens, perasaan tersebut sangat kuat
sehingga mereka tidak mampu berfungsi dalam kehidupan sehari-hari (dalam Psikologi Abnormal: Perspektif Klinisi pada
Gangguan Psikologis, Richard P.Halgin dan Susan Krauss, 2010). Contohnya
adalah seorang wanita yang berjalan sendirian pada malam hari di tempat yang
sepi, dengan cahaya yang remang-remang secara otomatis ia akan merasa takut yang
luar biasa bahkan mungkin tingkat kecemasannya menjadi tinggi, karena ia
berpikir (biasanya) di malam hari, di tempat yang sepi dapat dijumpai hantu,
penjahat, dll. Karena pikirannya yang berhalusinasi maka ia akan merasa sangat
ketakutan.
4.Symptom-Reducing
Responses terhadap stress, Mekanisme pertahanan diri dan strategi coping untuk
mengatasi stres "minor"
Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan berjalannya
waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus merenungi
kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki mekanisme
pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi
gejala-gejala stress yang ada.
-Mekanisme
Pertahanan Diri
a.Identifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan individu
untuk mengahadapi orang lain dengan membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin
serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut.
b.Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan dibidang
tertentu, tetapi mendapatkan kepuasaan dibidang lain.
c.Overcompensation
/ Reaction Formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan
orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan
serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan
pertama.
d.Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang
peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan
yang konstruktif.
e.Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan
sifat-sifat baik sendiri pada objek diluar diri atau melemparkan kekurangan
diri sendiri pada orang lain.
f.Introyeksi
Introyeksi adalah memasukkan dalam diri pribadi
dirinya sifat-sifat pribadi orang lain.
g.Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang
tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan
dengan sengaja melupakan.
h.Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seseorang yang
apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan.
i.Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi
konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfantasi, misalnya dengan
lamunan.
j.Sikap
Mengritik Orang Lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain
dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif.
-Strategi
Coping Untuk Mengatasi Stress
Menghilangkan stress mekanisme pertahanan dan
penanganan yang berfokus pada masalah. Menurut Lazarus penanganan stress atau
coping terdiri dari dua bentuk, yaitu:
1.Coping yang
berfokus pada masalah (problem focused coping), adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk
penanganan stress atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi
masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
2.Coping yang
berfokus pada emosi (problem focused coping), adalah isitlah Lazarus untuk strategi penanganan
stress dimana individu memberikan respon terhadap situasi stress dengan cara
emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
5.Pendekatan
Problem Solving Terhadap Stress. Bagaimana Meningkatkan Toleransi Stress
-Kita
mengatasi rasa stress itu dengan cara kita mencari penyebab stress itu sendiri
(stressor) setelah kita tau penyebabnya kita harus bisa memilih mana jalan
keluar terbaik untuk masalah kita, kalo perlu meminta bantuan orang lain.
Misalnya kita baru mengalami putus cinta, lalu kita merasakan stress dan kita
pun tau kalau untuk melanjutkan hubungan tersebut tidak mungkin lagi, dari situ
kita bisa mengambil keputusan kalau memang orang itu bukan yang terbaik untuk
kita, apa salahnya kita mencoba dengan orang baru dalam kehidupan kita. Atau
tidak kita cerita kepada semua teman-teman kita yang bisa di percaya mungkin
itu bisa sedikit menenangkan hati kita dan mengurangi rasa stress kita.
-Menigkatkan toleransi terhadap stress dengan cara
menigkatkan keterampilan / kemampuan diri sendiri, baik secara fisik maupun
psikis, misalnya secara psikis : menyadarkan diri sendiri bahwa stress memang
selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami oleh setiap orang, sedangkan
secara fisik : mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup gizi, menonton
acara-acara hiburan di televisi, berolahraga secara teratur.
Sumber :
-
- Alex Sobur.
2003. Psikologi Umum.
Bandung : Pustaka Setia.
-
- Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung :
Remaja Rosda Karya.
-
- Lur Rochman, Kholil. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN
press.
-
- Poerwati, E.,
dan Nurwidodo. 2000. Perkembangan Peserta Didik. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
-
- Hartono, A.,
dan Sunanro. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
-
- Halgin, Richard
P., Susan Krauss Whitbrourne. 2010. Psikologi
Abnormal: Perspektif Klinis pada Gangguan Psikologis. Jakarta: Salemba
Humanika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar