Selasa, 02 April 2013

KESEHATAN MENTAL

Konsep Sehat
Pengertian sehat pada umumnya didefinisikan sebagai sesuatu yang berfokus pada jasmaniah, seperti bebas dari penyakit atau tidak cacat dan kurang memperhatikan hal yang bersifat mental. Konsep sehat itu sendiri yang memang lebih banyak ditemui konsep tentang sakit, ini membuat pemahaman tentang sehat mengalami kerancuan dalam batasan kesehatan sebagai pegangan suatu derajat yang harus dicapai seseorang. Ada perbedaan antara model kesehatan Barat dan Kesehatan Timur. Barat lebih memandang kesehatan bersifat dualistik yaitu mengibaratkan manusia sebagai mesin yang sangat dipengaruhi oleh dominasi medis. Sedangkan Timur lebih bersifat holistik, yaitu melihat sehat lebih secara menyeluruh saling berkaitan sehingga berpengaruh pada cara penanganan terhadap penyakit.
Sehat dapat dikatakan sebagai suatu kondisi normal (baik) secara fisik , emosi (EQ), intelektual (IQ), spritual (SQ) dan sosial. Dari pernyataan diatas sudah bisa didapat tentang dimensi sehat, yaitu :
1.        Dimensi Emosi
Orang yang sehat secara emosi dapat terlihat dari kestabilan dan kemampuannya mengontrol dan mengekspresikan perasaan (marah, sedih atau senang) secara tidak berlebihan.
2.        Dimensi Intelektual
Dikatakan sehat  secara intelektual yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik mampu melihat realitas. Memilki nalar yang baik dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan.
3.        Dimensi Sosial
Sehat secara sosial dapat dikatakan mereka yang bisa berinteraksi dan berhubungan baik dengan sekitarnya.mampu untuk bekerja sama.

4.        Dimensi Fisik dan Mental
Dikatakan sehat bila secara fisiologis (fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah sakit, tidak kekurangan sesuatu apapun. Sedangkan kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
-                      Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
-                      Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, sedih dan sebagainya.
-                      Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya.
5.        Dimensi Spiritual
Sementara orang yang sehat secara spiritual adalah mereka yang memiliki suatu kondisi ketenangan jiwa dengan id mereka. Secara rohani dianggap sehat karena pikirannya jernih tidak melakukan atau bertindak hal-hal yang diluar batas kewajaran sehingga bisa berpikir rasional.

Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Zaman dahulu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah setan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha melalukan perbaikan dalam mengatasi orang-orang yg mengalami gangguan mental.
Kesehatan mental ungkapan ini diciptakan oleh W. Swetster di tahun 1843, dan penuh dengan konten yang sebenarnya melalui "pribadi" pengalaman berkumpul oleh ahli asuransi Beers Amerika. Tujuannya adalah untuk memastikan perawatan yang lebih manusiawi dari sakit mental, cara bagaimana tujuannya ini dilakukan dalam konteks yang lebih luas melampaui domain perawatan kesehatan tidak bisa disebut hanya kejiwaan.
Kesehatan mental mulai berkembang sejak perang dunia ke II. Sejak awal perang dunia ke II kesehatan mental bukan lagi suatu istilah yang asing bagi orang-orang. Dalam bidang kesehatan mental kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban.
Namun seiring jaman yang semakin maju dan perkembangan ilmu pengetahuan Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris, mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya.

Pendekatan Kesehatan Mental                         
Kesehatan mental menggambarkan tingkat kesejahteraan psikologis, atau adanya gangguan mental. Dari perspektif 'psikologi positif' atau 'holisme', kesehatan mental dapat mencakup kemampuan individu untuk menikmati hidup, dan menciptakan keseimbangan antara aktivitas kehidupan dan upaya untuk mencapai ketahanan psikologis. Kesehatan mental juga dapat didefinisikan sebagai suatu ekspresi emosi, dan sebagai penanda adaptasi sukses untuk berbagai tuntutan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan mental sebagai "suatu keadaan kesejahteraan dimana individu menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan yang normal dari kehidupan, dapat bekerja secara produktif dan baik, dan mampu memberikan kontribusi bagi dirinya sendiri dan masyarakat”.
Beberapa ahli mengemukakan orientasi umum dan pola-pola wawasan kesehatan mental, yang terbagi menjadi tiga orientasi, yaitu :

1.  Orientasi Klasik
Orientasi klasik ini banyak digunakan dalam dunia kedokteran, termasuk psikiatri. Menurut pandangan orientasi klasik, individu yang sehat adalah individu yang tidak mempunyai keluhan tertentu, seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri, atau perasaan tak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan “sakit” atau “perasaan tak sehat”, serta mengganggu efisiensi dan efektifitas kegiatan sehari-hari. Individu yang sehat adalah individu yang tidak mempunyai keluhan secara fisik dan mental. Sehat fisik merujuk pada tidak adanya keluhan secara fisik, dan sehat mental merujuk pada tidak adanya keluhan secara mental.    
2.  Penyesuain Diri
Pandangan yang digunakan sebagai landasan orientasi penyesuaian diri adalah pendekatan yang menegaskan bahwa manusia pada umumnya adalah makhluk yang sehat secara mental. Dengan pandangan ini penentuan sehat atau sakit mental dilihat sebagai derajat kesehatan mental. Selain itu, berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental dipahami sebagai kondisi kepribadian individu secara utuh. Penentuan derajat kesehatan mental bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan individu dalam lingkungannya. Kesehatan mental seseorang sangat erat kaitannya dengan tuntutan-tuntutan masyarakat tempat dimana individu hidup, masalah-masalah hidup yang dialami, peran sosial dan pencapaian-pencapaian sosialnya. Kesehatan mental merupakan kemampuan individu untuk secara aktif menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya, yang merujuk pada tuntutan yang berasal dari masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya. Penyesuaian diri ini tidak mengakibatkan perubahan kepribadian, stabilitas diri tetap terjaga, dan tetap memiliki otonomi diri. Individu dapat menerima apa yang ia anggap baik dan menolak apa yang ia anggap buruk berdasarkan pegangan normatif yang ia miliki. Individu yang sehat akan melihat realitas terhadap masalah yang dihadapinya dan bagaimana kondisi dirinya berkaitan dengan masalah itu sebelum menentukan tindakan yang akan diambil.
3.  Pengembangan Potensi
Menurut pandangan ini, kesehatan mental terjadi bila potensi-potensi kreatifitas, rasa humor, rasa tanggung jawab, kecerdasan, kebebasan bersikap dapat berkembang secara optimal sehingga mendatangkan manfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan disekitarnya. Individu dianggap mencapai taraf kesehatan mental, bila ia mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga dapat dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Individu yang sehat mental adalah individu yang dapat dan mampu mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya untuk kegiatan yang positif-konstruktif, sehingga dapat meningkatkan kualitas dirinya. Pemanfaatan dan pengembangan potensi ini dapat dipergunakan dalam kegiatan dan kehidupan sehari-hari.

Teori Kepribadian Sehat
Kepribadian dari sudut pandang psikologi yaitu suatu bidang studi empiris yang sangat kompleks dan terus berkembang sampai saat ini. Dengan tujuan utamanya sebagai studi untuk mengetahui pola dan tingkah laku manusia, perbedaan dan keunikan masing-masing manusia. Kepribadian yang  sehat  yaitu apabila dijelaskan secara statistika adalah pribadi yang berada didalam kurva normal (dalam pengukuran kepribadian). Individu dapat dikatakan memiliki kepribadian yang sehat apabila bebas dari paksaan-paksaaan masa lampau. Memiliki pandangan ke depan dan mereka yang benar-benar merupakan  diri sendiri, bukan orang lain. Mungkin memang sulit ditemukan  kepribadian yang sedemikian sehat, sulitnya memberi acuan  untuk kesehatan psikologis yang berlaku sama untuk setiap individu.

1.  Aliran Psikoanalis
Psikoanalisa adalah cabang ilmu yang di kembangkan oleh Sigmnd Freud dan para pengikutnya , sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Kepribadian sehat psikoanalisa :
a.    Pada alam pikiran tidak sadar dan kreativitas sebagai kompensasi untuk masa anak
b.    Individu bersifat egois , tidak bermoral dan tidak mau tahu kenyataan
c.    Motif-motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang
2.  Aliran Behavioristik
Teori Behavioristik adalah sebuah teori yang di cetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Kepribadian sehat behavioristik :
a.    Manusia adalah makhluk perespon
b.    manusia tidak memiliki sikap diri sendiri
c.    mementingkan faktor lingkungan
3.  Aliran Humanistik
Aliran ini berkembang pada tahun 1950. Humanistik merasa tidak puas dengan behavioristik maupun dengan aliran psikoanalisis. Aliran humanistik ini mengarahkan perhatiannya pada humanisasi yang menekankan keunikan manusia. Psikologi Humanistik manusia adalah makhluk kreatif, yang di kendalikan oleh nilai-nilai dan pada pilihan-pilihan sendiri bukan pada kekuatan-kekuatan ketidaksadaran. Kepribadian yang sehat menurut humanistik, perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
1.     Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
2.    Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
3.    Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas, atau mayoritas.
4.  Pendapat Allport
Allport percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat tidak dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar (kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi). Orang-orang yang sehat tidak didorong oleh konflik-konflik tidak sadar. Individu yang sehat berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan yang membimbing dia dan dapat mengontrol kekuatan itu juga. Kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma ataupun konflik pada masa kanak-kanak. Pusat dari kepribadian kita adalah intensi-intensi kita yang sadar dan sengaja, misalnya harapan, aspirasi dan impian. Manusia didorong untuk mereduksikan tegangan-tegangan, menjaga supaya tegangan-tegangan berada pada tingkat yang paling rendah dan menjaga satu keadaan keseimbangan homeostatis internal atau “homeostatis”. Manusia yang sehat memiliki kebutuhan akan sensasi-sensasi dan tantangan-tantangan yang bervariasi. Orang yang sehat didorong ke depan oleh suatu visi masa depan, dan visi itu menyatukan kepribadiannya dan membawa orang itu ke tingkat stress yang lebih tinggi. Menurut Allport, kebahagiaan bukanlah suatu tujuan dalam diri, tetapi hasil sampingan dari integrasi kepribadian dalam mengejar aspirasi dan tujuan. Tujuan-tujuan yang dicita-citakan oleh orang yang sehat pada hakikatnya tidak dapat dicapai. Orang-orang yang matang dan sehat tidak puas apabila dalam melakukan sesuatu hanya dalam taraf sedang atau memadai, mereka baru merasa puas apabila melakukan sesuatu dengan kemampuan maksimal mereka.
5.  Pendapat Rogers
Tidak seperti Allport, yang datanya semata-mata diperoleh dari studi tentang orang-orang dewasa yang matang dan sehat, Rogers bekerja dengan individu-individu yang terganggu yang mencari bantuan untuk mengubah kepribadian mereka. Rogers mengembangkan suatu metode terapi yang menempatkan tanggung jawab utama terhadap perubahan kepribadian pada klien, bukan pada ahli terapi. Metode ini menganggap bahwa individu yang terganggu memiliki suatu tingkat kemampuan dan kesadaran tertentu dan mengatakan kepada kita banyak tentang pandangan Rogers mengenai kodrat manusia. Menurut Rogers, manusia yang rasional dan sadar, tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak, seperti pembiasaan akan kebersihan (toilet training), penyapihan yang lebih cepat, atau pengalaman-pengalaman seks sebelum waktunya. Hal-hal ini tidak menghukum atau mengutuk kita untuk hidup dalam konflik dan kecemasan yang tidak dapat kita kontrol. Dalam karyanya dengan klien-klien, Rogers mempertahankan bahwa kepribadian harus diperiksa dan dipahami melalui segi pandangan pribadi klien, pemgalaman-pengalamn subjektifnya sendiri.
6.  Pendapat Maslow
Maslow percaya bahwa untuk menyelidiki kesehatan psikologis, satu-satunya tipe orang yang dipelajari ialah orang yang sangat sehat. Dia kritis terhadap Freud dan ahli-ahli teori kepribadian lain yang berusaha memahami kodrat kepribadian dengan mempelajari hanya orang-orang neurotis dan individu-individu yang mendapat gangguan hebat. Maslow mengemukakan, apabila kita berbuat demikian, apabila kita mempelajari hanya orang-orang timpang, tidak matang, dan tidak sehat, maka kita akan melihat hanya sisi yang sakit dari kodrat manusia, orang-orang dalam keadaan yang paling buruk dan bukan dalam keadaan yang paling baik. Contohnya, apabila kita ingin mengetahui berapa cepat manusia dapat berlari, maka kita tidak mempelajari seorang pelari dengan pergelangan kaki yang patah atau seorang pelari yang sedang-sedang saja, melainkan kita mempelajari pemenang medali emas Olympiade, itulah yang paling baik. Hanya dengan cara tersebut kita dapat menemukan berapa jauhnya kita dapat berlari.
7.  Pendapat Erich Fromm
Fromm melihat kepribadian hanya sebagai suatu produk kebudayaan. Karena itu dia percaya bahwa kesehatan jiwa harus didefinisikan menurut bagaimana baiknya masyarakat menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan dasar semua individu, bukan menurut bagaimana baiknya individu-individu menyesuaikan diri dengan masyarakat. Karena itu kesehatan psikologis tidak begitu banyak merupakan usaha individu jika dibandingkan dengan usaha masyarakat. Faktor kunci ialah bagaimana suatu masyarakat memuaskan secukupnya kebutuhan-kebutuhan manusia. Fromm percaya bahwa kita semua memiliki suatu perjuangan yang melekat pada diri kita untuk kesehatan dan kesejahteraan emosional, suatu kecenderungan bawaan untuk kehidupan yang produktif, untuk keharmonisan dan cinta. Dengan adanya kesempatan, kecenderungan yang diwariskan akan mekar, yang membiarkan kita berkembang untuk menggunakan sepenuh-sepenuhnya potensi kita. Tetapi apabila kekuatan-kekuatan sosial mencampuri kecenderungan kodrati untuk pertumbuhan, akibatnya ialah tingkah laku irasional dan neurotis; masyarakat-masyarakat yang sakit menghasilkan orang-orang sakit.

Daftar Pustaka :
-          Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius
-          Basuki, Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.
-          Semiun, Yustinus. 2006. Teori Kepribadian & Terapi Psikoanalitik Fromm. Yogyakarta: Kanisius.
-          Schultz, Duane. 1991. Pengantar Psikologi Kepribadian Non Psikoanalitik. Yogyakarta : Kanisius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar