Konsep Sehat
Pengertian
sehat pada umumnya didefinisikan sebagai sesuatu yang berfokus pada jasmaniah,
seperti bebas dari penyakit atau tidak cacat dan kurang memperhatikan hal yang
bersifat mental. Konsep sehat itu sendiri yang
memang lebih banyak ditemui konsep tentang sakit, ini membuat pemahaman tentang
sehat mengalami kerancuan dalam batasan kesehatan sebagai pegangan suatu
derajat yang harus dicapai seseorang. Ada perbedaan antara model kesehatan
Barat dan Kesehatan Timur. Barat lebih memandang kesehatan bersifat dualistik
yaitu mengibaratkan manusia sebagai mesin yang sangat dipengaruhi oleh dominasi
medis. Sedangkan Timur lebih bersifat holistik, yaitu melihat sehat lebih
secara menyeluruh saling berkaitan sehingga berpengaruh pada cara penanganan
terhadap penyakit.
Sehat dapat
dikatakan sebagai suatu kondisi normal (baik) secara fisik , emosi (EQ),
intelektual (IQ), spritual (SQ) dan sosial. Dari pernyataan diatas sudah bisa didapat
tentang dimensi sehat, yaitu :
1.
Dimensi Emosi
Orang yang sehat secara emosi dapat
terlihat dari kestabilan dan kemampuannya mengontrol dan mengekspresikan
perasaan (marah, sedih atau senang) secara tidak berlebihan.
2.
Dimensi Intelektual
Dikatakan sehat secara intelektual
yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik mampu melihat
realitas. Memilki nalar yang baik dalam memecahkan masalah atau mengambil
keputusan.
3.
Dimensi Sosial
Sehat secara sosial dapat dikatakan mereka
yang bisa berinteraksi dan berhubungan baik dengan sekitarnya.mampu untuk bekerja
sama.
4.
Dimensi Fisik dan Mental
Dikatakan sehat bila secara fisiologis
(fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah sakit, tidak kekurangan
sesuatu apapun. Sedangkan kesehatan mental (jiwa)
mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
-
Pikiran
sehat
tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
-
Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang
untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, sedih dan sebagainya.
-
Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam
mengekspresikan rasa syukur, pujian,
kepercayaan dan sebagainya.
5.
Dimensi Spiritual
Sementara orang yang sehat secara spiritual
adalah mereka yang memiliki suatu kondisi ketenangan jiwa dengan id mereka.
Secara rohani dianggap sehat karena pikirannya jernih tidak melakukan atau
bertindak hal-hal yang diluar batas kewajaran sehingga bisa berpikir rasional.
Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Zaman dahulu orang menduga bahwa penyebab penyakit
mental adalah setan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para
penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau
dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Namun,
lambat laun ada usaha-usaha melalukan perbaikan dalam mengatasi orang-orang yg
mengalami gangguan mental.
Kesehatan mental ungkapan ini diciptakan oleh W.
Swetster di tahun 1843, dan penuh dengan konten yang sebenarnya melalui
"pribadi" pengalaman berkumpul oleh ahli asuransi Beers Amerika.
Tujuannya adalah untuk memastikan perawatan yang lebih manusiawi dari sakit
mental, cara bagaimana tujuannya ini dilakukan dalam konteks yang lebih luas
melampaui domain perawatan kesehatan tidak bisa disebut hanya kejiwaan.
Kesehatan mental mulai berkembang sejak perang dunia
ke II. Sejak awal perang dunia ke II kesehatan mental bukan lagi suatu istilah
yang asing bagi orang-orang. Dalam bidang kesehatan mental kita dapat memahami
bahwa gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan
sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban.
Namun seiring jaman yang semakin maju dan perkembangan
ilmu pengetahuan Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris,
mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya.
Pendekatan
Kesehatan Mental
Kesehatan mental menggambarkan tingkat
kesejahteraan psikologis, atau adanya gangguan mental. Dari perspektif
'psikologi positif' atau 'holisme', kesehatan mental dapat mencakup kemampuan
individu untuk menikmati hidup, dan menciptakan keseimbangan antara aktivitas
kehidupan dan upaya untuk mencapai ketahanan psikologis. Kesehatan mental juga
dapat didefinisikan sebagai suatu ekspresi emosi, dan sebagai penanda adaptasi
sukses untuk berbagai tuntutan. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan mental sebagai
"suatu keadaan kesejahteraan dimana individu menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan yang normal dari kehidupan, dapat bekerja secara
produktif dan baik, dan mampu memberikan kontribusi bagi dirinya sendiri dan
masyarakat”.
Beberapa ahli mengemukakan orientasi
umum dan pola-pola wawasan kesehatan mental, yang terbagi menjadi tiga
orientasi, yaitu :
1. Orientasi
Klasik
Orientasi klasik ini banyak digunakan
dalam dunia kedokteran, termasuk psikiatri. Menurut pandangan orientasi klasik,
individu yang sehat adalah individu yang tidak mempunyai keluhan tertentu,
seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri, atau perasaan tak berguna,
yang semuanya menimbulkan perasaan “sakit” atau “perasaan tak sehat”, serta
mengganggu efisiensi dan efektifitas kegiatan sehari-hari. Individu yang sehat
adalah individu yang tidak mempunyai keluhan secara fisik dan mental. Sehat
fisik merujuk pada tidak adanya keluhan secara fisik, dan sehat mental merujuk
pada tidak adanya keluhan secara mental.
2. Penyesuain
Diri
Pandangan yang digunakan sebagai
landasan orientasi penyesuaian diri adalah pendekatan yang menegaskan bahwa
manusia pada umumnya adalah makhluk yang sehat secara mental. Dengan pandangan
ini penentuan sehat atau sakit mental dilihat sebagai derajat kesehatan mental.
Selain itu, berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental dipahami
sebagai kondisi kepribadian individu secara utuh. Penentuan derajat kesehatan
mental bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses
pertumbuhan dan perkembangan individu dalam lingkungannya. Kesehatan mental
seseorang sangat erat kaitannya dengan tuntutan-tuntutan masyarakat tempat
dimana individu hidup, masalah-masalah hidup yang dialami, peran sosial dan
pencapaian-pencapaian sosialnya. Kesehatan mental merupakan kemampuan individu
untuk secara aktif menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya,
yang merujuk pada tuntutan yang berasal dari masyarakat yang secara konkret
mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya. Penyesuaian diri ini
tidak mengakibatkan perubahan kepribadian, stabilitas diri tetap terjaga, dan
tetap memiliki otonomi diri. Individu dapat menerima apa yang ia anggap baik
dan menolak apa yang ia anggap buruk berdasarkan pegangan normatif yang ia
miliki. Individu yang sehat akan melihat realitas terhadap masalah yang
dihadapinya dan bagaimana kondisi dirinya berkaitan dengan masalah itu sebelum
menentukan tindakan yang akan diambil.
3. Pengembangan
Potensi
Menurut pandangan ini, kesehatan mental
terjadi bila potensi-potensi kreatifitas, rasa humor, rasa tanggung jawab,
kecerdasan, kebebasan bersikap dapat berkembang secara optimal sehingga
mendatangkan manfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan disekitarnya. Individu
dianggap mencapai taraf kesehatan mental, bila ia mendapatkan kesempatan untuk
mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga dapat dihargai oleh
orang lain dan dirinya sendiri. Individu yang sehat mental adalah individu yang
dapat dan mampu mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya
untuk kegiatan yang positif-konstruktif, sehingga dapat meningkatkan kualitas
dirinya. Pemanfaatan dan pengembangan potensi ini dapat dipergunakan dalam
kegiatan dan kehidupan sehari-hari.
Teori
Kepribadian Sehat
Kepribadian
dari sudut pandang psikologi yaitu suatu bidang studi empiris yang sangat
kompleks dan terus berkembang sampai saat ini. Dengan tujuan utamanya sebagai
studi untuk mengetahui pola dan tingkah laku manusia, perbedaan dan keunikan
masing-masing manusia. Kepribadian yang sehat yaitu apabila
dijelaskan secara statistika adalah pribadi yang berada didalam kurva normal (dalam
pengukuran kepribadian). Individu dapat dikatakan memiliki kepribadian yang
sehat apabila bebas dari paksaan-paksaaan masa lampau. Memiliki pandangan ke
depan dan mereka yang benar-benar merupakan diri sendiri, bukan orang
lain. Mungkin memang sulit ditemukan kepribadian yang sedemikian sehat,
sulitnya memberi acuan untuk kesehatan psikologis yang berlaku sama untuk
setiap individu.
1. Aliran
Psikoanalis
Psikoanalisa adalah
cabang ilmu yang di kembangkan oleh Sigmnd Freud dan para pengikutnya , sebagai
studi fungsi dan
perilaku psikologis manusia. Kepribadian sehat psikoanalisa :
a.
Pada alam pikiran tidak sadar dan kreativitas sebagai
kompensasi untuk masa anak
b.
Individu bersifat egois , tidak bermoral dan tidak mau tahu kenyataan
c.
Motif-motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang
2. Aliran
Behavioristik
Teori
Behavioristik adalah sebuah teori yang di cetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Kepribadian sehat behavioristik :
a.
Manusia adalah makhluk perespon
b.
manusia tidak memiliki sikap
diri sendiri
c.
mementingkan faktor lingkungan
3. Aliran
Humanistik
Aliran ini
berkembang pada tahun 1950. Humanistik merasa tidak puas dengan behavioristik
maupun dengan aliran psikoanalisis. Aliran humanistik ini mengarahkan
perhatiannya pada humanisasi yang menekankan keunikan manusia. Psikologi
Humanistik manusia adalah makhluk kreatif, yang di kendalikan oleh nilai-nilai
dan pada pilihan-pilihan sendiri bukan pada kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.
Kepribadian yang sehat menurut humanistik, perilaku yang mengarah pada
aktualisasi diri:
1.
Menjalani hidup
seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
2.
Mencoba hal-hal
baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
3.
Lebih
memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara
tradisi, otoritas, atau mayoritas.
4. Pendapat
Allport
Allport percaya
bahwa orang-orang yang matang dan sehat tidak dikuasai oleh kekuatan-kekuatan
tak sadar (kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi). Orang-orang yang
sehat tidak didorong oleh konflik-konflik tidak sadar. Individu yang sehat
berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan yang
membimbing dia dan dapat mengontrol kekuatan itu juga. Kepribadian yang matang
tidak dikontrol oleh trauma ataupun konflik pada masa kanak-kanak. Pusat dari
kepribadian kita adalah intensi-intensi kita yang sadar dan sengaja, misalnya
harapan, aspirasi dan impian. Manusia didorong untuk mereduksikan
tegangan-tegangan, menjaga supaya tegangan-tegangan berada pada tingkat yang
paling rendah dan menjaga satu keadaan keseimbangan homeostatis internal atau
“homeostatis”. Manusia yang sehat memiliki kebutuhan akan sensasi-sensasi dan
tantangan-tantangan yang bervariasi. Orang yang sehat didorong ke depan oleh
suatu visi masa depan, dan visi itu menyatukan kepribadiannya dan membawa orang
itu ke tingkat stress yang lebih tinggi. Menurut Allport, kebahagiaan bukanlah
suatu tujuan dalam diri, tetapi hasil sampingan dari integrasi kepribadian
dalam mengejar aspirasi dan tujuan. Tujuan-tujuan yang dicita-citakan
oleh orang yang sehat pada hakikatnya tidak dapat dicapai. Orang-orang
yang matang dan sehat tidak puas apabila dalam melakukan sesuatu hanya dalam
taraf sedang atau memadai, mereka baru merasa puas apabila melakukan sesuatu
dengan kemampuan maksimal mereka.
5. Pendapat
Rogers
Tidak
seperti Allport, yang datanya semata-mata diperoleh dari studi tentang
orang-orang dewasa yang matang dan sehat, Rogers bekerja dengan
individu-individu yang terganggu yang mencari bantuan untuk mengubah
kepribadian mereka. Rogers mengembangkan suatu metode terapi yang menempatkan
tanggung jawab utama terhadap perubahan kepribadian pada klien, bukan pada ahli
terapi. Metode ini menganggap bahwa individu yang terganggu memiliki suatu
tingkat kemampuan dan kesadaran tertentu dan mengatakan kepada kita banyak
tentang pandangan Rogers mengenai kodrat manusia. Menurut Rogers, manusia yang
rasional dan sadar, tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak,
seperti pembiasaan akan kebersihan (toilet training), penyapihan yang lebih
cepat, atau pengalaman-pengalaman seks sebelum waktunya. Hal-hal ini tidak
menghukum atau mengutuk kita untuk hidup dalam konflik dan kecemasan yang tidak
dapat kita kontrol. Dalam karyanya dengan klien-klien, Rogers mempertahankan
bahwa kepribadian harus diperiksa dan dipahami melalui segi pandangan pribadi
klien, pemgalaman-pengalamn subjektifnya sendiri.
6. Pendapat
Maslow
Maslow
percaya bahwa untuk menyelidiki kesehatan psikologis, satu-satunya tipe orang
yang dipelajari ialah orang yang sangat sehat. Dia kritis terhadap Freud dan
ahli-ahli teori kepribadian lain yang berusaha memahami kodrat kepribadian
dengan mempelajari hanya orang-orang neurotis dan individu-individu yang
mendapat gangguan hebat. Maslow mengemukakan, apabila kita berbuat demikian,
apabila kita mempelajari hanya orang-orang timpang, tidak matang, dan tidak
sehat, maka kita akan melihat hanya sisi yang sakit dari kodrat manusia,
orang-orang dalam keadaan yang paling buruk dan bukan dalam keadaan yang paling
baik. Contohnya, apabila kita ingin mengetahui berapa cepat manusia dapat
berlari, maka kita tidak mempelajari seorang pelari dengan pergelangan kaki
yang patah atau seorang pelari yang sedang-sedang saja, melainkan kita
mempelajari pemenang medali emas Olympiade, itulah yang paling baik. Hanya
dengan cara tersebut kita dapat menemukan berapa jauhnya kita dapat berlari.
7. Pendapat
Erich Fromm
Fromm
melihat kepribadian hanya sebagai suatu produk kebudayaan. Karena itu dia
percaya bahwa kesehatan jiwa harus didefinisikan menurut bagaimana baiknya
masyarakat menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan dasar semua individu,
bukan menurut bagaimana baiknya individu-individu menyesuaikan diri dengan
masyarakat. Karena itu kesehatan psikologis tidak begitu banyak merupakan usaha
individu jika dibandingkan dengan usaha masyarakat. Faktor kunci ialah
bagaimana suatu masyarakat memuaskan secukupnya kebutuhan-kebutuhan manusia.
Fromm percaya bahwa kita semua memiliki suatu perjuangan yang melekat pada diri
kita untuk kesehatan dan kesejahteraan emosional, suatu kecenderungan bawaan
untuk kehidupan yang produktif, untuk keharmonisan dan cinta. Dengan adanya
kesempatan, kecenderungan yang diwariskan akan mekar, yang membiarkan kita
berkembang untuk menggunakan sepenuh-sepenuhnya potensi kita. Tetapi apabila
kekuatan-kekuatan sosial mencampuri kecenderungan kodrati untuk pertumbuhan,
akibatnya ialah tingkah laku irasional dan neurotis; masyarakat-masyarakat yang
sakit menghasilkan orang-orang sakit.
Daftar
Pustaka :
-
Schultz, Duane.
1991. Psikologi Pertumbuhan.
Yogyakarta: Kanisius
-
Basuki, Heru. 2008.
Psikologi Umum. Jakarta: Universitas
Gunadarma.
-
Semiun, Yustinus. 2006. Teori Kepribadian &
Terapi Psikoanalitik Fromm. Yogyakarta: Kanisius.
-
Schultz, Duane.
1991. Pengantar Psikologi Kepribadian Non
Psikoanalitik. Yogyakarta : Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar